Dear Ayah Bunda,
Membentuk karakter anak sudah harus dimulai saat usianya masih balita. Dalam rentang waktu tersebut, anak mudah menyerap apa yang diajarkan orang tua serta lingkungan sekitarnya.
Itulah mengapa orang tua harus ekstra berhati-hati menjaga pergaulan anak ketika masih dalam periode balita. Mereka dengan mudah menyerap semua hal yang diajarkan, apakah itu hal baik atau buruk. Termasuk juga menjaga ucapan sang ibu kepada anak.
Ibu merupakan pendidik pertama untuk anak-anaknya. Cara mendidiknya adalah dengan cara lisan atau ucapan. Sayang, banyak Ibu yang justru mengeluarkan kalimat yang dapat mempengaruhi mental anak kelak. Ada kalimat yang sebaiknya ditiadakan agar karakter anak terbangun dengan baik. Apa saja?
Baca juga: Buat Para Ayah di Seluruh Dunia, Engkaulah Penyebab Anak Jadi Nakal atau Jadi Sholeh. Ayo SHARE!!!
Berikut ringkasannya.
1. Memberikan Pernyataan Negatif tentang Diri Anak
Pernyataan negatif tentang anak akan membuat hati anak tersakiti. Bahkan ini akan melekat menjadi pribadi mereka saat sudah dewasa. Kalimat-kalimat negatif contohnya ìKamu anak yang pelit!î, ìKamu pemalas!î,ìKamu gendut!î, ìKamu nakal!î dan kalimat negatif lainnya. Mereka akan benar-benar seperti apa yang orang tua mereka katakan. Sungguh berbahaya, mengingat kata-kata seorang ibu bisa berarti doa untuk anak-anaknya.
2. Jangan katakan ìJangan Ganggu, Ibu Sibuk!î
Terkadang kesibukan pekerjaan baik rumah maupun kantor membuat Ibu mengabaikan anak. Ketika anak datang menghampiri, biasanya kalimat ìJangan Ganggu, Ibu Sibuk!î ini cukup ampuh membuat anak-anak berhenti mengganggu.
Sekilas, hal ini terlihat normal. Berdasarkan penelitian dari seoarang pelatih bela diri verbal, Suzette Haden Elgin PhD, tindakan demikian akan membuat anak merasa tidak berarti. Jika menerima perlakuan seperti ini setiap hari, maka tidak mengherankan jika saat sudah besar mereka akan merasa tidak ada gunanya berbicara dengan orangtua.
3. Jangan katakan ìJangan Menangis!î
Kalimat ìjangan menangisî merupakan kalimat yang sering diucapkan Ibu untuk mendiamkan anak. Biasanya anak menangis karena berkelahi dengan teman, kakak, atau ketika mereka terjatuh. Namun Ibu tidak lantas harus segera mendiamkan anak dengan cara menyuruhnya diam. Kalimat lain yang sering mengikuti kalimat ini adalah ìJangan cengeng!î, ìJangan sedih!î, ìJangan takut!î.
Menurut seorang ahli psikologi anak, Debbie Glasser, kalimat-kalimat tersebut akan membuat anak merasa bahwa menangis adalah tindakan yang tidak umum. Sehingga ketika dewasa nanti, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang keras dan tidak mudah tersentuh.
4. Jangan Membanding-bandingkan Anak
Contoh kalimat-kalimat ini misalnya ìLihatlah kakakmu, dia bisa melakukannya dengan cepat. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya juga?î ìTemanmu bisa menggambar dengan bagus, kenapa kamu tidak?î ìDulu ketika kecil ibu bisa begini begitu, masa kamu tidak bisa?!î Kalimat ini akan membuat anak-anak merasa bingung dan akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Bahkan tidak jarang anak akan membenci orang tuanya karena selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain.
Baca juga: Astaghfirullah.. Jika Terjadi Kerusakan Pada Anak, Penyebab Utamanya Adalah Ayah
5. Jangan katakan ìTunggu Ayah Pulang ya! Biarkan kamu dihukum ayahî
Kalimat ini sering terjadi ketika anak melakukan kesalahan sementara ayahnya berada di kantor. Maka Ibu dengan mudah biasanya akan mengatakan kalimat ìTunggu Ayah Pulang ya! Biarkan kamu dihukum ayahî
Hal ini justru akan memperburuk keadaan karena Ibu malah menunda untuk mengatakan kesalahan anak. Ada kemungkinan bahwa ketika seorang ibu menceritakan kembali kesalahan yang dilakukan anak-anak mereka, ibu malah membesar-besarkan sehingga anak-anak menerima hukuman yang lebih dari seharusnya. Ada kemungkinan juga orang tua menjadi lupa kesalahan anak-anak mereka, sehingga kesalahan yang seharusnya dikoreksi terabaikan.
6. Jangan Terlalu mudah dan berlebihan memberi pujian
Memberikan pujian berlebihan kepada anak tidak selamanya baik. Karena hal ini akan terkesan murah bagi ana. Oleh karena itu jika seorang anak melakukan sesuatu yang sederhana, tidak perlu memuji dengan ìLuar Biasa! Luar Biasa!î Karena anak secara alamiah akan mengetahui hal-hal yang dia lakukan dengan biasa-biasa saja atau luar biasa. Sekiranya ia mendapat hasil bagus di sekolah, pujilah sekedarnya dengan mengucapkan ìAlhamdulillaah. Jika kita memuji hasil yang dilakukan anak dan bukan sikapnya, sangat mungkin anak kita akan berfokus pada hasil dan tidak peduli dengan sikap/ karakter yang baik.
7. Jangan Katakan ìKamu SelaluÖî atau ìKamu tidak pernahÖî
Janganlah melontarkan kalimat dengan ìKamu selaluÖ.î atau ìKamu tidak pernahÖî. Memang, kata-kata ini kadang refleks langsung terucap oleh orangtua, namun hindarilah penggunaan kalimat ini.
ìHati-hati, kedua kata-kata itu ada makna di dalamnya. Di dalam pernyataan ìKamu selaluÖî dan ìKamu tidak pernahî adalah label yang bisa melekat selamanya di dalam diri anak,î ujar Jenn Berman PhD, seorang psikoterapis.
Berman mengungkapkan, kedua pernyataan yang kerap dilontarkan oleh orang tua ini akan membentuk kepribadian anak. Anak-anak akan menjadi seperti apa yang dikatakan terhadap dirinya. Bila orangtua mengatakan sang anak selalu lupa menelepon ke rumah jika pulang terlambat, maka ia akan menjadi anak yang tidak pernah menelepon ke rumah.
8. Jangan katakan ìBukan begitu caranya, sini biar ibu saja!î
Kalimat ini juga sering diucapkan Ibu ketika tidak sabar melihat proses kerja anak. Kalimat ini biasanya terucap ketika anak membantu orang tuan namun tidak melakukan seperti apa yang diinginkan Ibu. Dr Berman mengatakan ini merupakan sebuah kesalahan. Kalimat ini membuat anak tidak mengerti cara yang benar dalam menyelesaikan sesuatu.
Semoga bermanfaat.. :)
Please Like and Share!!!!
Baca juga: Bunda Wajib Tahu!!! Ini Lho, Caranya Agar Anak Patuh Pada Orang Tua Tanpa Perlu Dibentak atau Dipukul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar