:: BAGAIMANA JADINYA JIKA TERLALU BERLEBIHAN MEMBERI ATURAN UNTUK ANAK...
Jangan terlalu banyak peraturan.
Izinkan anak anda menjadi manusia.
Kalau semuanya tidak boleh, ya susah juga.
Susah tumbuh, susah berkembang, susah semuanya.
Aturan itu wajib, batasan itu perlu.
Tapi kalau kata orang bule, pilih-pilih 'pertempuran'mu.
Kalau anak tidak habis makan nya, tidak mengapa. Dia boleh makan sisanya ketika waktu makan berikutnya tiba
Kalau dia belum baligh, malas dan telat sedikit untuk shalat, tidak mengapa. Memangnya kita yang dewasa dgr adzan sudah langsung bermukena?
Kalau dia malas sekolah sesekali, izinkan libur sehari saja. Bukannya kita yang bekerja dpt waktu untuk cuti juga?
Kalau dia lagi ngantuk jadi tidak mau merapihkan mainannya, ya sudah lah. Tinggal bikin perjanjian saja bahwa dia akan merapikannya setelah bangun dari tidurnya
Kalau lagi sakit, dan minta di suapin, lakukanlah. Sudah syukur dia masih mau makan walaupun cuma beberapa suap saja
Kalau nilainya tidak setinggi yang kita harapkan dia bisa, biarkanlah. Kesuksesan seseorang tidak selalu berdasarkan rangking yang ada dalam buku raportnya
Kalau ada tugas rumah yang lupa dia kerjakan, maklumilah. Bukannya memang manusia itu tempatnya salah dan lupa?
Kalau sehabis makan, dia menunda mencuci piring, tak apalah. Kita bukannya juga tidak kalah sering menunda pekerjaan kita?
Kalau disuruh tidur siang tak mau juga, biar sajalah. Toh nanti juga malam insyallah tidurnya lebih awal dari biasa.
Kalau sebulan sekali kambuh malas ngajinya, maafkanlah. Acap kali kita juga kalah ketika jendral nya syaitan menggoda
Kalau di suatu pagi anak keukeuh sumekeuh tidak mau mandi, ya sudah lah. Toh sekali tidak mandi, tidak langsung berkurap badannya
Kalau sehabis mandi, dia pilih baju yang tidak matching, tutup mata. Apalagi kalau bukan untuk pergi ke tempat penting. Toh yang make dia.
Kalau sesekali gak mau sikat gigi, biar sajalah. Kan sekali absen gak lantas giginya langsung kuning, bolong atau copot semua
Kalau sudah di bujuk rayu begitu rupa , di masakin makanan beragam rasa dan tetap tidak mau makan juga, tak apalah.
Lagipula kenapa juga dia harus makan ketika ibunya mengira dia merasa lapar? Yang punya perut siapa??
Kalau makan nya lagi Cuma mau 3-4 suap.. ya sudahlah. Tahu kah anda bahwa perut nya hanya segengaman tangannya saja? 3-4 suap sudah cukup memenuhinya.
Izinkan anak anda menjadi manusia, karena orangtuanya bukan malaikat juga.
Kadang manusia ada malasnya, lupanya, marahnya, sedihnya, ngambeknya. Tak apa.
Jadi ada peraturan 'wajib', ada peraturan 'sunnah'.
Tidak boleh berbohong, mencuri, menyakiti orang lain, dan melawan orangtua. Peraturan-peraturan yang wajib seperti itu, dimasing-masing rumah tangga, harus tetap slalu ada
Tapi yang sunnah, seperti memilih pakaian, lagi malas makan, ngambek tak mau bicara, maklumi saja.
Anak-anak tidak bisa menyerap terlalu banyak peraturan. Kalau tidak perlu bedebat, tak usah lah. Lagipula bukannya untuk org yang menghindari perdebatan, di janjikan syurga?
Banyakin hal yang boleh daripada yang tidak, agar ketika bertemu hal-hal yang haram, lebih nyata bedanya.
Kalau semua nggak boleh, jadi..yang boleh apa?
Kalau semuanya harus perfect adanya, ya nggak mungkin kan ya, lha wong kita yang dewasa saja susah.
Sering sekali kita berharap mereka berperilaku seperti kita, bahkan lebih baik, ketika otak mereka saja bahkan belum bersambungan dengan sempurna
Mari kita berkaca sebelum memberlakukan peraturan-peraturan di rumah
Betul, anak harus lebih baik dari orang tuanya. Tapi ekspektasinya harus masuk akal juga.
Apa waktu kita seumur dia sudah bisa semua yang sekarang dia bisa? Kan tidak juga
Jadi jangan terlalu cepat marah, sedih dan kecewa, ketika anak tidak berperilaku seperti yang kita minta.
Banyak sekali juga peraturan agama yang bahkan kita yang dewasa juga belum melakukannya. Apakah lantas Allah langsung memberlakukan hukumannya saat itu juga?
Harapan harus berimbang dengan limpahan kasih. Tidak bisa peraturan di berlakukan secara tegas, disiplin, dan tanpa toleransi.
Harus ada celah untuk malas, capek, marah dan salah. Karena anak anda hanya manusia, seperti anda. :)
Sumber: Sarra Risman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar