Jumat, 24 Maret 2017

Astaghfirullah.. Ibu, Jangan Suka Lagi Mengancam Anak. Baca Akibatnya Ini...



INI AKIBATNYA BILA IBU SUKA MENGANCAM ANAK.. 

Hari ini saya mau cerita tentang mengancam anak. Yang tanpa disadari ternyata seringkali dilakukan oleh para orang tua. Mungkin termasuk saya, dan juga Bunda… 

Coba bayangkan situasi ini. 

Seorang anak. Usianya baru tiga tahun. Saat itu anak sedang bermain ayunan di taman. Sudah waktunya pulang. Bunda mengajak anak untuk pulang. Namun ternyata si anak belum mau. Ia masih asyik dengan ayunannnya. 

Baca juga: Jangan Merendahkan Seorang Ibu Rumah Tangga. Baca Ini, Biar Tahu Betapa Rempongnya Ibu Rumah Tangga..

“Ibu tinggal nih yaa…” kata Ibunya “mengancam.” 

Kemudian ibunya berjalan perlahan. Si anak melirik, lalu melanjutkan bermain. 

Ibunya masih berjalan. Sesekali menengok ke belakang. Lalu ia berkata lagi dengan suara lebih keras, “Bener lho, Ibu tinggal nih…!” 

Anak tetap bergeming. Ia asyik bermain. Si Ibu, untuk menakuti anak, sembunyi. Namun ternyata tak berhasil. Si anak masih saja bermain. Sesekali ia mencari-cari ibunya, namun tak ada wajah cemas dan ketakutan di wajahnya. Ia seakan asyik dengan dunianya. Tak peduli ibunya sudah tidak ada. 

Si Ibu yang bersembunyi akhirnya menyerah. Setelah menunggu lima menit. Ia hampiri anaknya, lalu ia gendong. “Ayo, pulang, Nak..” katanya. 

Bunda.. 

Pernah melakukan hal itu? 

Atau, pernahkah Bunda mengancam anak saat ia gak mau makan? 

Misalnya saja, “Kalau gak mau makan, Ibu pergi lho…” 

Saya jadi mikir. Apakah mengancam meninggalkan anak di tempat umum adalah ancaman favorit para orangtua supaya anak menurut? Saya sudah berkali-kali melihatnya. 

Kalau cuma anak gak mau makan, gak perlu pakai ancaman lah Bund… Bunda bisa pakai aja tips ini. Baca aja di link ini ya Bunda..  

Yuk, lanjutin pembahasannya tadi.. 

Menurut teman saya, Yeti Widiati, seorang psikolog, cara itu lebih sering tidak efektif dan malah menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak. 

Baca juga: Ternyata Anak yang Percaya Diri Itu Berasal Dari Ucapan Ibu Kepadanya. Kok Bisa? 

“Buat anak yang akhirnya tahu,” kata Yeti, “bahwa orangtua pasti tidak akan pernah meninggalkan anaknya di tempat umum (kecuali orangtua yang tidak bertanggung jawab dan memang niat banget) maka anak tak akan pernah percaya dengan ancaman tersebut. Jadi ia tak akan peduli dengan ancaman itu, sama seperti yang ditunjukkan oleh anak di atas.”

Dan buat anak yang kuatir bahwa orangtuanya akan benar-benar meninggalkannya, maka ekskalasi kecemasannya akan meningkat luar biasa. 

Menimbulkan kebergantungan, kebiasaan merengek dan tak berani untuk berinisiatif melakukan aktivitas sendiri. 

Biasanya anak-anak seperti ini memang terbiasa ditinggalkan orangtuanya diam-diam. Misalnya, saat anak tidur atau saat bermain, tiba-tiba orangtuanya pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu.

Maka, menurut saya sudah jelas bukan? Bahwa apa pun yang dilakukan orangtua adalah contoh bagi anak. 

Jangan heranlah, bila suatu hari anak pun akan “meniru” ancaman yang sering diucapkan orang tuanya. Misalnya saja, “Aku gak mau makan kalau gak boleh main game…” 

“Aku gak mau sekolah. Kalau dipaksa aku mau kabur..” Dan ancaman-ancaman lain sejenis yang bisa jadi lebih rumit… 

Lalu apa yang harus Bunda lakukan nih..? Ya, tentu jelas. Tinggalkan ancaman untuk mendidik anak. Untuk mengatur anak. Tinggalkan ancaman-ancaman yang tidak logis dan tidak akan pernah Bunda lakukan. 

Kalau saran dari Yeti, orang tua harus memberikan peringatan yang logis dan realistis sebelumnya. Jelaskan alasan setiap peringatan yang diberikan pada anak. Lalu jelaskan pula konsekuensinya. 

Lakukan dengan tegas, konsisten, dan konsekuen, sekalipun anak emosi. Tangani emosi anak dengan memberikan anak kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Bukan dengan memberikan apa yang ia minta. 

Baca juga: Terungkap!! Dahsyatnya Efek Pelukan Bagi Anak yang Tak Banyak Disadari Oleh Ibu..

Dan terakhir, keteraturan akan membuat anak paham mengenai hubungan antara perbuatan dan akibatnya. 


Nah, begitu Bunda… ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar