Kamis, 30 Maret 2017

Bagaimana Kalau Ibu Melarang Anak Makan Permen, Sedangkan Nenek Malah Membelikannya?


Mengasuh anak tanpa durhaka

Mama :“Ikraam! Kok makan permen sih, kan giginya masih sakit nak?”

Anak :”Hm... aku lagi pengen, kan udah lama gak makan permen,ma”.

Mama :”Astagfirullah nak, Ikram lupa ya bagaimana sakitnya tuh gigi kemaren?”

Anak :” hm.... enggak..!”

Mama :” Nah, kenapa sekarang makan permen?, dari mana itu permen?”

Anak :”Dari nenek ma !”

Mama :” Astagfirullah !”
Baca juga: MASYA ALLAH..!! Andai Suami Tahu Betapa Sayangnya Istri Kepadamu...

Does this sound familiar?

Populer sekali dimasyarakat kita anggapan atau pemahaman ini :Nenek dan kakek katanya lebih sayang sama cucunya dari pada sama anaknya!. Maka sering sekali peristiwa seperti diatas terjadi : Mama melarang makan permen, nenek beliin. Ayah larang nonton TV, kakek bilang gak apa pa sekali kali, kan sekolahnya sdh sampe sore, kasian cucu Kakek.

Selain itu,karena terlalu sayang sama cucu sering kali kakek dan nenek, terutama nenek ikut campur terlalu banyak dan sering dalam pengasuhan cucunya. Bukan saja mengatur orang tua si cucu tapi juga kadang intervensi langsung didepan cucunya.

Yang parah adalah bila kakek nenek tinggal serumah dengan cucu, atau orang tua menitipkan sang anak sama neneknya.. whuah.. hampir semua peraturan ada dua macam...

Biasanya aturan dari nenek lebih longgar atau tidak sesuai lagi dengan ilmu dan kesepakatan kedua orangtua. Cucu tentu memilih aturannya yang dibuat nenek dan kakek.
Buat orang tua terasa berat, bagaimana pun mereka ingin mengasuh anaknya dengan sebaik yang mereka ketahui dan bisa, tapi pada saat yang sama mereka tidak mau durhaka pada orang tua atau mertua..

Untuk menjawab banyak pertanyaan dan permintaan dari teman teman dalam grup ini, kali ini yuk kita bahas seluk beluk pengasuhan 3 generasi.

Mengapa masalah muncul ?

1.Keliruan kakek nenek sendiri, karena dulu ketika mengasuh anaknya tidak menggenapkannya dengan pengetahuan tentang tanggung jawab menjadi suami istri dan menjadi orang tua. Anak hanya dipersiapkan untuk menjadi : sarjana sesuai minat dan bakatnya, ilmuwan, enterpreuneur, dan pekerja. Sudah dianggap wajar kalau kini kakek nenek menanggungkan resikonya mengasuh cucu sebagai :Tanggung jawab & Cinta!. Kasian kalau cucu hanya diasuh oleh pembantu saja. Apalagi kalau pembantu itu berganti ganti terus.

2.Nenek dan kakek merasa sukses mengasuh anaknya dulu dan cenderung mengulanginya dalam mengasuh cucu. Padahal mereka tidak tidak tahu bagaimana sesungguhnya perasaan dan penilaian anak anaknya terhadap pola pengasuhan yang mereka terima dulu itu dan kini belum tentu seluruhnya dapat diterima oleh anak dan menantu mereka bila diterapkan pada anak anaknya.

Pengasuhan : Prinsipnya sama tapi zaman sudah berbeda: Orang tua kini (anak anak mereka ) sudah lebih Melek tentang PARENTING.

3.Tidak ada pembicaraan terlebih dahulu antara kakek nenek dan orang tua tentang GBPA : Garis garis Besar Pengasuhan Anak dan kemudian menyepakatinya.Tujuan apa yang mau dicapai, bagaimana mencapainya,apa PRIORITASNYA dan harapan orang tua tentang do’s and dont’s nya

4. “Dendam positif”. Dulu waktu kakek nenek membesarkan ortu, hidup banyak susahnya. Keperluan banyak, keuangan terbatas. Kini diusia tua, keperluan menurun keuangan lebih mapan dan ada pula pemberian anak2. Maka kalau cucu meminta sesuatu,dulu sama emak atau bapaknya keinginan mereka ditahan, ditunda atau tidak dipenuhi, sekarang tidak ada alasan. Lagian ortunya “medit atau kenceng” banget.Kasihan tuh cucuc!. Jadi Nenek dan kakek lebih permissive/ membolehkan, bahkan agak sedikit berlebihan. Cucu minta permen satu dikasih dua atau tiga. Mau belajar dengan 3 temannya, bukannya dibelikan 4 popcorn, tapi selusin...

5.Kalau timbul masalah karena ke tidak sesuaian harapan dan apa yang dilakukan kakek nenek, ortu jadi “nggak-enak an” sama kakek nenek. Ngegerundel sendiri – masalah tidak terpecahkan apa lagi terselesaikan. Kejadian berulang , yang korban masa depan anak dan kesehatan jiwa ortu.
Baca juga: MUDAH BANGET!! Ini 13 Tips Kalau Anak Tidak Mau Mendengarkan Perkataan Bunda..

6.Kalau mau di “omongin” atau dibahas, nggak tahu bagaimana cara yang tepat dan benar. Ujung2nya pasti ketegangan kalau nggak mau dibilang konflik kecil pasti terjadi. Kakek nenek tersinggung atau sedih. Ortu merasa :”Duh gue durhaka nggak nih ya...”

7. Ortu tidak tahu,bagaimana masa kecil kakek nenek. Jangan jangan ortunya mereka dulu : keras. suka mgeritik atau cenderung memanjakan. Jadi kalau kakek nenek melakuka hal serupa adalah karena masa kecilnya dulu seperti iu (Inner childnya).

Jadi bagamana dong ?

Dari sudut kakek nenek :

1.Kita sudah tua, dulu habis waktu kita untuk mengasuh, mendidik dan menyekolahkan anak anak kita. Kenapa kita sekarang harus pula melakukan hal serupa terhadap anak anak mereka?.

Betul sebagai kakek nenek kita perlu bertanggung jawab pada Allah terhadap keturunan kita, tetapi kita harus sadar se sadar2nya bahwa kita bukan penanggung jawab utamanya. Yang diberikan benih dan yang mengandungnya lah yang telah dipilih jadi Baby Sitternya yang memberikan amanah.

Bukan kita !.

2.Jadi dengan segala kerendahan hati akuilah kekurangan dan kesalahan kita dalam mengasuh anak anak kita dahulu.Mungkin kita kurang menyiapkan mereka untuk menjadi suami-istri, ayah dan ibu. Wiring /Peng-kabel-an diotaknya adalah untuk berprestasi secara akademis dan kita minta mereka mati matian mempertahakan rangkingnya. Kini mereka berusaha sukses dan mempertahankan ke sukses annya didunia kerja.Dunia kerja lebih baik dan utama dari pada menjadi orang tua. Sehingga dengan mudah dan tanpa merasa bersalah mereka mensub kontrakkan anak anaknya.

Jangan jangan kita telah menjadi role model yang yang keliru yang mereka tiru…

Maka minta maaflah dengan jujur pada anak anak kita, karena ketidak sengajaan atau ke alpaan kita dalam membesarkannya telah menjadikan mereka orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab, keterampilan dan daya tahan atau endurance dalam menjalani peran ke orang tuaannya.

3. Anak anak kita harus bertanggung jawab pada si Pemberi amanah, bukan kita!. Bantu meluruskan pemahaman mereka dengan penuh kesabaran dan cinta serta pengorbanan. Setelah itu : Pulangkan saja cucu cucu pada ibunya atau ayahnya...

Tangan berbuat bahu memikul !.
Baca juga: LUCU & HARU!! Mak-emak.... Oh Emak-Emak Yang Sabar Ya....

4. Kita harus sadar benar, ketika kita muda kita sarat dengan berbagai upaya untuk survive sebagai orang tua dengan berbagai masalah yg kita hadapi. Sehingga mungkin ibadah dan amalan kita seadanya saja.Kita bersyukur dengan semua rahmat Allah yang diberikan kepada kita sehingga kita merasakan kenikmatan punya dan memelihara cucu, yang tidak semua orang mendapatkannya. Tapi kini pulalah, disisa sia usia ini saatnya bagi kakek nenek untuk beribadah dan melengkapi bekal akhirat., menikmati mekar diusia kedua, --- bukan dibebani cucu..

“For the seek of your mental health, Grands ---- you need space for yourself”:Phisically, mentally, emotionally, socially and spiritually. Enjoy your life !

5. Kalaulah ada hal yang kita rasa kurang pas dan kurang berkenan yang dilakukan anak anak kita dalam mengasuh cucu cucu kita, maka:

1. Bijaklah dalam menyikapinya.

2. Duduklah bersama. Tanyakan mengapa mereka melakukannya. Semua tingkah laku punya alasan dan punya tujuan. Mungkin mereka telah belajar atau mempunyai ilmu baru dalam mengasuh anak sehingga mereka tengah mencoba menerapkan cara cara yang
berbeda sesuai dengan perkembangan zaman.

3. Bila kita ada usulan sebaik mungkin bicara dulu dengan ayahnya ( anak kita kah atau menantu), baru bicara dengan ibunya. Ayah harus kita bantu untuk berfungsi sesuai dengan perannya.

4. Pahami benar bahwa cucu kita hidup di era digital dengan segala konseuensi dahsyatnya. Jangan kan kita, orang tuanya saja tidak akan sanggup mengejar kecepatan
anak anak mereka dalam menggunakan dan  memanfaatkan teknologi ini. Maka mundurlah dengan teratur, serahkan pada ibu bapaknya. karena kita hidup pada dunia yang sudah sangat berbeda dengan mereka.

5. Banyak Sabar! dan sering gigit lidah.. tahan kata kata!

6. Tugas utama kita adalah untuk menjaga dan memelihara bahwa semua berjalan sesuai dengan perintah Allah dan petunjuk Rasul serta semua ketentuan yang ada dalam kitab suci kita…

Maka jangan segan dan berhenti MENASIHATI, bukankah sesungguhnya :”Addinu Nasihah” – Agama itu Nasihat!. 

Dari sudut ayah ibu..

1. Yang harus anda berdua ingat adalah: Andalah baby sitternya Allah.

Berarti andalah penanggung jawab utama pengasuhan dan pendidikan serta keberlangsungan hidup anak anak anda, bukan kakek neneknya apalagi baby sitter dan pembantu atau pimpinan dan guru TPA - Tempat Pendidikan Anak. Anda berdua wahai orang tua, di karuniai dan diamanahi oleh Allah anak yang sempurna; Jangan sampai ketika di”pulangkan” pada Allahnya dalam keadaan “bonyok”: fisik, jiwa dan keimanannya . Harus anda ingat: Nanti jawab apa ya di Mahkamah Hisab Allah? Jadi anda aturlah waktu dan tenaga menjadi orang tua.

2. Yang dibutuhkan anak itu darimu ayah dan ibu adalah WAKTU , bukan mainan dan hadiah tidak juga sekolah keren, reputasinya hebat dengan uang pangkal dan bayaran bulanan yang mahal. 

Masa depan itu bukan hanya tergantung pada keberhasilan akademis semata yang bersusah payah anda gapai. Bisakah dia sukses dengan iman yang rendah dan jiwa hampa menghadapi tantangan zaman dan persaingan yang semakin ketat luar biasa?. Ingatkah anda kisah Rasulullah yang me-lama- kan sujudnya agar cucu cucunya puas bermain di tengkuk dan belakangnya?. 

Dalam sujudnya saja, Rasulullah berusaha memenuhi kebutuhan jiwa cucunya pada saat mereka butuhkan dalam jumlah yang cukup. Bagaimana dengan anda ?

3. Pendidikan itu berlangsung dirumah – penanggung jawab utamanya anda : ORTU. Pembelajaran disekolah penangung jawabnya GURU – jangan diputar balik – Sebaiknya kita ikut melakukan kesalahan berjamaah?

4. Rezeki bukan hanya uang . Anak yang sehat lahir batin, sholeh dan beradab, bahagia dan gembira, cerdas secara intelektual , emosional dan sosial adalah garansi hidup dunia akhirat.

5. Jangan salah tangkap, bukan tidak boleh bekerja. Indonseian Neuroscience Society pernah menyarankan pada pemerintah agar keluarga yang punya anak balita salah satu ortunya harus tinggal dirumah sampai anaknya berusia 8 tahun. Bisa ayah , bisa Ibu!.

Seorang ahli tentang krisis usia separuh baya (maaf lagi lupa namanya) dari risetnya menyarankan : Agar ibu sebaiknya mulai bekerja penuh kalau anak bungsunya berusia 8 tahun. Harapan hidup perempuan Indonesia 75 -80 tahun. Masih banyak sisa usia untuk anda aktualisasi diri. 

Iya! memang gak bisa kalau anda bermaksud menjadi pegawai negeri.

Lagi pula buat orang muda yang cerdas, multi talenta seperti anda, bekerja dan memperoleh rezeki kan tidak harus bermakna meninggalkan anak anda 8 – 5 setiap hari, yang kenyataannya anda akan meninggalkan rumah 14 jam lebih karena jarak dan transportasi. Kan anda bisa S-O-H-O : membuat Small Office Home Office ?. Hak anda untuk tidak setuju dan kesal dengan saran ini. Hidup ini adalah pilihan, hak anda untuk memilih. Tapi bijaknya juga harus siap menanggungkan segala konsekuensinya.

6.Apapun pilihan yang ayah ibu akan buat jangan lupa anda kini sedang membesarkan anak generasi Platinum di Era digital . Sebagai “orang muda” anda tahu semua konsekuensi yang terjadi pada anak anak kita sekarang ini. Ya Kecanduan internet, games, pornografi, dsbnya yang berakibat kerusakan pada otak dan akhlak.

Bagaimana mengsub kontrakkan anak kita pada orang lain, kita saja yang ngasuh bisa kewalahan . menghadapi pra remaja kita yang sekarang ini bisa jadi youtuber dan ‘memonetized’ akun medsos mereka?

Bagamana anak kita bisa bertahan dan tidak terpengaruh ?.

7.Kakek Nenek itu nak, bak Matahari!. Diperlukan oleh cucunya secukupnya saja : 30 menit sampai 3 jam sehari. Kalau berjemur kelamaan kena KANKER KULIT!. Itu saja anda harus pakaikan dia pelindung matahari yang SPF nya tergantung usia. Semakin muda usia,SPFnya makin tinggi.

8 Kalau anda dalam situasi tertentu: Suami tidak bekerja dll maka ayah dari anak anak harus bertanggung jawab untuk membicarakan dan membahas GPBA dengan kakek nenek sebelum anak anakmu kau titipkan. Kalau Single Parent, dimana anak anak sudah tak berayah berpisah atau pergi selamanya, ibulah yang harus melakukannya . Jadi semuanya jelas :aturan dan konsekuensinya. Nanti semua ini di evaluasi secara bijak dan penuh kasih sayang.

9. Pada prinsipnya usahalah untuk tidak membenani kami : kakek neneknya. Walaupun permintaan mereka karena mereka menghadapi syndrome :Empty nest. Percayalah nanti misahinnya susah sekali.. lagi pula prinsip pengasuhan sama, zaman telah berbeda – bila tak berkesesuaian anda marah dan kecewa?.

10. Kakek dan Nenek tidak didisain oleh Allah untuk mengasuh cucu, karena mereka :

a.Mengalami perubahan Fisik : semua fungsi organ tubuh menyusut karena usia, termasuk Osteoporosis dan berbagai gangguan kesehatan.

b.Dalam proses menjadi tua, hormon testosterone pada kakek dan Estrogen dan Progesteron pada nenek menurun drastis.

c.Perubahan hormonal tersebut menyebabkan perubahan emosi. Bila tersinggung sedikit sedihnya mendalam dan lama.Bila kesungging sedikit bisa marah besar..

d.Masalah dalam kehidupannya membuat persepsi mereka tentang hidup jadi berubah. Kalau anda mengajaknya untuk pesiar lalu anda mau nitip anak karena anda ada Kongres, dia gak butuh pesiar itu. Dia mendingan di rumahnya bisa ke mesjid, sholat berjamaah, pengajian atau ngobrol sesama teman teman seusianya.
Baca juga: MUDAH BANGET!! Ini 13 Tips Kalau Anak Tidak Mau Mendengarkan Perkataan Bunda..

Nah, bagaimana kalau anda ingin mengoreksi kakek nenek atau ingin menyampaikan pesan padanya tanpa takut di cap kualat atau durhaka, ini kiatnya: 

a. Rendahkan dirimu dan suaramu
b. Rumuskan pendapatmua dan ajukan dalam kalimat bertanya.
c. Tanyakan pendapat beliau
d. Kalau beliau bertanya baru jelaskan maksudmu.
e. Tanya agi menurut kakek nenek bagaimana sebaiknya
f. Hindari menggurui ortumu, betapapun pintar dan tingginya pendidikanmu.

Kalimat bertanya yang diajukan tidak mesti mendapatkan jawaban segera karena ,pertanyaan membuat seseorang sadar diri.

Jadi lihat baik baik kedalam hidup anda: apa prioritas hidup anda sebenarnya?

Jelas ? mengapa bangsa kita sekarang seperti ini, karena pengasuhan kita anggap tidak penting, kita hibah hibahkan/ sub kontrakan pelaksana pengasuhan anak kita. Mereka tumbuh besar, kuat dan pintar tapi hampa jiwanya.. Bagaimana generasi bangsa ini mau kuat?


Selamat Berjuang...

Sumber: Elly Risman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar