Jumat, 14 April 2017

Pasangan kita adalah orang yang rela berpayah-payah demi kebahagiaan bersama.


RUANG PEMAKLUMAN
Sudah biasa, jika kehidupan rumah tangga dibumbui pertengkaran dan ketidakcocokan.
Sudah biasa, jika sesekali kita merasa kecewa dengan pasangan.
Pun sudah biasa, jika kadang kita marah karena hal-hal sepele yang dilakukan pasangan kita.
Suami atau istri kita memang jodoh kita. Ia hadir untuk melengkapi diri kita. Maka jangan dipaksakan harus selalu sama. Namanya melengkapi itu ya (+) dan (-), bukan (+) semua atau (-) semua. Ibaratnya, kita ini siang yang menghangatkan dan pasangan kita malam yang mendinginkan.
Begitulah Allah mengaturnya.
Adapun, jika suatu hari kita merasa marah kepada pasangan, atau kecewa karena beberapa sikap yang dilakukannya, sedang untuk memaafkannya masih belum juga sanggup, hal utama yang perlu dilakukan ialah menyediakan ruang pemakluman dalam hati kita untuknya.
Pemakluman tentang apa?
Pemakluman, bahwa ia hanyalah manusia biasa. Yang sesekali terjatuh, sesekali juga dikuasai oleh nafsu.
Pemakluman, bahwa ia bukan makhluk sempurna tanpa cela. Jadi wajarlah kalau sesekali ia bersalah, sesekali ia kurang peka, atau yang lain-lainnya.
Ruang pemakluman ini penting agar kita dihindarkan dari cinta yang berlebih-lebihan dan membabi-buta. Jangan sampai kita berlebihan mencintai sampai meninggalkan dakwah. Seperti yang pernah menimpa Abdullah bin Abu Bakar. Jangan sampai kita mencintai pasangan kita, sehingga melalaikan kita dari niat semula, seperti yang dulu pernah dilakukan seorang Muhajjir yang berhijrah karena ingin mempersunting Ummu Qais. Jangan sampai, kita mencintai berlebih-lebihan sampai rela menjadi gila, sebagaimana Majnun kepada Layla.
Lalu, ruang pemakluman apa lagi?
Ialah pemakluman, bahwa pasangan kita manusia yang seimbang, ada kekurangan tentu juga ada kelebihannya. Jadi jangan terfokus pada kekurangannya saja dan melupakan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.
Pasangan kita adalah orang yang berani menikahi kita. Itu poin kebaikan yang pertama.
Bukankah di luar sana banyak pemuda atau pemudi yang getol mengajak pacaran tanpa ada orientasi menikah? Mau dibawa ke mana sebuah hubungan jika hanya berisi rayuan-rayuan tanpa muara? Dan pasangan kita, suami atau istri kita, adalah orang yang menepis fenomena tak bertanggung jawab tersebut, melalui sebuah akad sederhana. Dia suami kita, yang berani meminta kita secara baik-baik dari wali kita. Dia istri kita, yang mau diajak menjalani bahtera rumah tangga, meninggalkan kenyamanan hidup bersama orang tuanya demi kita. Dialah pasangan kita, yang insyaallah penuh kebaikan untuk kita.
Pasangan kita adalah orang yang rela berpayah-payah demi kebahagiaan bersama. Jika kita seorang istri, pandanglah suami kita, yang rela berpanas-panas di terik matahari demi menafkahi kita. Jika kita seorang suami, pandanglah istri, yang rela berpayah-payah mengandung, melahirkan, dan menyusui, meninggalkan gaya hidupnya yang nyaman demi mengasuh anak-anak kita. Maka, maklumilah jika sesekali pasangan kita berbuat salah. Bisa jadi ia sedang lelah, atau sedang ingin mendapat perhatian lebih dari kita.
Pun dengan memberikan ruang pemakluman, kita akan mudah menikmati kehidupan rumah tangga, yang tentu saja kondisinya naik dan turun, bahkan terkadang terjatuh dan terjungkal. Sebab hati terasa lebih damai, tanpa beban, dan menjadi lebih mudah mensyukuri nikmat. Insyaallah.

By Yannah Akhras

1 komentar: