Sabtu, 15 April 2017

Tahukah Anda, Mengapa Keinginan Anak Tidak Selalu Harus Dipenuhi Orang Tua..?


Mengapa Keinginan Anak Tidak Selalu Harus Dipenuhi Orang Tua...?

Dear Ayah Bunda,

Mengapa setiap keinginan anak tidak harus dipenuhi oleh orang tuanya? Padahal keinginan anak bisa saja hanyalah hal-hal sederhana dan dengan mudah dituruti oleh orang tuanya.

Nah, mari kita awali dengan sebuah cerita singkat.

Saya seringkali menyaksikan saat berbelanja di supermarket, seorang ibu yang mengajak anaknya turut serta.

Anaknya masih berusia tiga tahun. Belari-lari kecil di sepanjang lorong yang tersusun dari rak-rak display barang. Lucu. Ya, anak usia tiga tahun kata kebanyakan orang adalah anak pada masa paling lucu-lucunya. Aktif, pengen serba tahu, lincah, dan tak lupa; menggemaskan.

Lalu anak itu tiba pada bagian mainan. Ia tertarik dengan sebuah mobil mainan yang besar. Ibunya yang sedang memilih barang melihat anaknya sudah terlalu jauh dari jangkaunnya.

“Nak, sini,” panggil ibunya.


Anaknya tetap diam. Ia malah mengambil satu mainan yang terpajang.

“Nak, sini. Jangan diambil mainannya, kan di rumah masih banyak,” kata ibunya lagi. Kali ini sambil ia berjalan menghampiri anaknya.

Ia pegang tangan anaknya dengan lembut. “Yuk, jalan kesana lagi.” Namun anaknya tetap bergeming.

Si Ibu tahu bahwa anaknya ingin mengambil mainan itu. Namun si Ibu tadi di rumah sudah mewanti-wantinya, dan si anak mengangguk-angguk, bahwa ia tidak akan minta dibelikan mainan lagi. Ada banyak mainan di rumah yang masih bagus. Pun bila ia membeli mainan baru, mainan itu hanya akan bertahan beberapa hari saja. Setelahnya ia akan bosan.

Tahu bahwa ibunya tidak mengijinkannya memiliki mainan itu, tiba-tiba si anak menangis. Keras. Meronta-ronta.

Ibunya mencoba mendiamkan, tapi tak sanggup membujuk anaknya untuk diam dan tenang. Akhirnya si ibu lebih memilih menuruti keinginan anak. Demi anak yang diam dari tangisnya dan menurut. Mainan yang sebenarnya tidak dibutuhkan itu masuk kantong belanja.

Sebenarnya si Ibu tak harus menuruti keinginan anak itu. Karena memang tak setiap keinginan anak harus dipenuhi. Semenjak dini, anak harus diajarkan untuk menahan keinginannya. Anak harus dilatih untuk memahami bahwa ia harus belajar untuk mengelola emosi.

Seperti yang dikatakan oleh pakar parenting, Fauzil Adhim, bahwa jika ingin anak-anak kita meraih keberhasilan, salah satu hal penting yang harus kita latihkan dan tanamkan adalah kemampuan menahan diri. Tak setiap keinginan anak harus kita turuti. Ada saat mereka perlu belajar menahan keinginan, bukan karena tidak mampu, melainkan justru agar memiliki ketangguhanmengendalikan keinginan.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tak setiap kehendak anak harus kita penuhi. Bukan karena kita tidak sanggup, melainkan justru menyiapkan mereka agar dapat meraih kebaikan yang lebih besar. Salah satu di antara kebaikan itu adalah toleransi serta menghargai orang lain, termasuk di dalamnya mendahulukan orang lain demi meraih kemaslahatan yang besar. Ini sulit dilakukan jika anak lebih mementingkan keinginannya sendiri. Apalagi jika anak senantiasa dituruti segala kemauannya.

Cukuplah orangtua dikatakan tega terhadap anak apabila ia membiasakan anak hidup mudah, sebab dengan itu anak tidak belajar menghadapi kesulitan. Akibatnya, anak tidak belajar mengatasi rintangan, memecahkan masalah dan menghadapi tantangan. Mereka lemah, meskipun boleh jadi potensi otaknya cemerlang.

Lalu, mengapa setiap keinginan anak tak harus dipenuhi? Saya kira Anda sudah mengerti jawabannya bukan?

Happy parenting… 🙂


Sumber: www.tuturma.ma

1 komentar: