:: Ternyata Mematangkan Emosi Anak Lebih Penting Daripada Mengajarinya Calistung..
Dear Ayah Bunda,
🐝 Mana yg lebih penting untuk persiapan anak masuk sekolah? Mengajarkan calistung atau mematangkan emosi anak? 🐝
Pernah berpikir kenapa usia masuk TK adalah minimal 4 tahun dan SD minimal 6 tahun?
Pada usia 1 - 4 tahun, anak mulai mengenal apa yg disebut dengan interaksi dengan dunia luar. Saat ini anak baru mulai menyadari bahwa ada orang lain di luar sana yg juga berpengaruh pada hidupnya. Anak mulai mengeksplorasi dunia sosialnya, dan mulai membentuk perilaku mereka.
Saat anak usia 1 tahun, dia mulai bisa mengukur reaksi emosi orang terhadap dirinya, tetapi semuanya masih berputar pada dirinya sendiri. Anak mulai belajar berkomunikasi melalui gerakan tubuh dan sikap. Ini adalah saat orangtua harus mulai membangun hubungan dan komunikasi yg lebih erat kepada anak melalui permainan dan perilaku sehari-hari. Pada usia ini, kecemasan berpisah (separation anxiety) masih cukup kuat sehingga anak masih suka mengekor ortu atau pengasuhnya.
Di usia 2-3 tahun, kosa katanya mulai berkembang, dan eksplorasinya terhadap dunia mulai terbentuk. Dia mulai membuat parameter terhadap dunianya, dan biasanya mulai menunjukan perilaku marah, tantrum dan melawan. Ini adalah salah satu cara anak belajar mengelola emosinya. Ini adalah saat di mana disiplin dan pengendalian diri mulai bisa diterapkan oleh orangtua.
Di usia ini, anak juga mulai membangun kosa kata dan pemahamannya atas bahasa dan konsep matematika, tetapi semuanya masih belum tersambung. Dia mungkin paham apa maksudnya 1 apel, tetapi dia tidak bisa menunjukkan mana angka satu atau berapa banyak kah satu itu. Dia mulai paham beberapa konsep sosial seperti meminta dan menolak, tetapi belum cukup matang utk melakukannya dgn sopan. Dia mulai paham mana yg lebih banyak atau lebih sedikit, tetapi belum bisa membedakan mana yg baik dan boleh dan mana yang tidak baik dan tidak boleh. Orangtua harus mulai menanamkan konsep sopan santun dan boleh tidak boleh (atau disiplin) kepada anak. Rutinitas pun sudah bisa diperkenalkan kepada anak, misalnya menaruh mainan kembali di tempatnya, membuang sampah di tempatnya, dan rutinitas kecil lainnya.
Di usia ini juga anak mulai mencoba utk lebih mandiri tetapi masih mengalami kecemasan saat terpisah dari pengasuhnya. Ortu harus bisa mulai menanamkan rasa percaya diri pada anak dengan cara melatih kemandirian lewat rutinitas dan konsep sopan santun sehingga rasa cemas ini bisa dikelola oleh anak.
Pada usia 4 - 5 tahun, anak sudah mulai memahami bahwa berpisah dari ortu bukanlah akhir dari dunia. Mereka mulai bisa menggunakan kemampuan sosial yg didapat lewat rutinitas dan disiplin yg diterapkan oleh ortunya untuk memastikan bahwa diri mereka tidak kena masalah. Mereka juga mulai memahami konsep transaksi sosial berbagi dan bermain bersama dengan teman, dan mulai bisa mengikuti perintah verbal karena pemahaman bahasanya sudah cukup banyak.
Dia juga mulai memahami beberapa konsep matematika sederhana (lebih besar/banyak, lebih kecil/sedikit, pengelompokan, dan jumlah) yg bisa diperkuat lewat rutinitas tugas di rumah (membereskan mainan, menaruh barang di tempatnya, membantu membereskan belanjaan ibu, membaca bersama, dan sebagainya). Dia juga sudah mampu untuk lebih disiplin dalam mengikuti aturan dan mampu berkonsentrasi lebih lama dalam mengerjakan tugas. Ini adalah saat terbaik memasukan anak ke TK untuk lebih memperkuat pola asuh di rumah melalui rutinitas dan disiplin serta bermain dengan teman di sekolah.
Lalu belajar calistungnya kapan dong? Belajar calistungnya nanti di SD. Kalau anak sudah matang secara emosi dan sudah diperkenalkan dengan konsep dasar bahasa dan matematika melalui pergaulan sosial (permainan, rutinitas rumah dan interaksi dengan teman di rumah dan sekolah), maka anak sudah cukup punya modal untuk belajar calistung di SD karena:
1. Dia sudah terbiasa dengan konsep aturan sehingga lebih mudah mengatur diri saat belajar di kelas
2. Dia sudah paham tentang dasar yg dibutuhkan utk menguasai calistung sehingga lebih mudah menyerap pelajaran tadi
3. Dia sudah bisa mengelola emosinya dengan baik sehingga tidak "haus bermain" dan bisa konsentrasi saat belajar
4. Dia sudah mampu memahami dan melakukan perintah verbal sehingga lebih mudah mengikuti pelajaran.
Ini yg disebut sebagai emotional quotient atau kecerdasan emosi, yang jauh lebih kuat daripada kecerdasan intelejensia (IQ) atau kemampuan menghafal. Hasilnya baru akan terlihat saat anak menghadapi tingkat peralihan pemahaman dari konstruksi (apa yg dilihat dgn nyata) kepada pemahaman abstrak (yg harus dipahami tanpa melihat yg nyata) di usia 9 - 12 tahun. Anak yg matang secara emosi akan lebih mudah melewati tahapan ini dibandingkan mereka yg belum.
Sumber: Copas grup WA
Semoga bermanfaat yaaa.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar