Jumat, 26 Mei 2017

Coba Para Suami Gantian Ngurus Anak dan Rumah, Nggak Usah Seharian, Cukup 3 Jam Saja



Coba Para Suami Gantian Ngurus Anak dan Rumah, Nggak Usah Seharian, Cukup 3 Jam Saja

Suatu ketika saya membaca sebuah status media sosial. Isinya cukup lucu, namun juga perlu kita renungkan semua. Terutama untuk para suami. 

Baca juga: MENGEJUTKAN! Kasih Sayang Ayah Ternyata Bisa Bikin Anak Tidak Nakal..

Statusnya begini; 

“Coba para suami gantian ngurus anak & rumah, ngga usah seharian deh.. 3 jam aja, dijamin kelimpungan.. apalagi 2 anak balita..Mantabb... kurang keren apalagi coba peran istri? yang istrinya dirumah ngurus anak & keluarga, wajib untuk super terimakasih.. ^^ jangan malah nambah…
.
.
.
nambah-nambahin kerjaan istri maksudnya..” 

Daftar kerjaan istri apa saja sih, Yuk disimak beberapa diantaranya yaa: 

Satu, menyapu rumah. Gak cuma setiap sore, tapi pagi-siang-sore-malam. Pokoknya kebanyakan suami buat kotor, eh lalu si istri yang bersihkan deh. Hehehe

Dua, menyiapkan sarapan suami saat mau berangkat ke kantor. Termasuk menyiapkan bajunya, menyiapkan tasnya, dan menyiapkan dasinya juga. 

Tiga, membangunkan anak. Memandikan anak. Menyusui anak, dan lain-lain sebagainya. 

Empat, wah kalau di turuti jadi banyak buangeeet deh… 

Baca juga: RENUNGAN: Sebenarnya Apa Arti Istri Bagimu, Wahai Suami? Baca & Sebarkan...
.
.
.
Memang peran istri dalam rumah tangga begitu vital. Kami kutipkan dari situs ikadi, bahwa beberapa tanggung jawab istri diantaranya adalah: 

Ketaatan istri terhadap suami

Ketaatan terhadap suami adalah ketaatan yang disertai keridhaan, cinta dan dalam batasan perkara yang makruf. Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya ketaatan itu dalam hal-hal yang makruf”. (HR. Muslim). 

Dalam menafsirkan ayat yang berbunyi:“kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya”.(QS. An-Nisaa’: 34). Ibnu Katsir berkata: “artinya apabila seorang istri menaati suaminya dengan segala kebutuhan yang Allah SWT perbolehkan baginya, maka tidak ada alasan bagi seorang suami untuk memukul dan tidak memperdulikannya. Lanjutan ayat tersebut berbunyi “sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”, petikan ayat ini berisi tahdiid (ancaman) kepada suami apabila mereka berbuat zalim terhadap istrinya. Allah SWT Maha Tinggi dan Maha Besar. Dia-lah pelindung kaum wanita dan Maha Pembalas terhadap siapa saja yang zalim dan berbuat jahat kepada mereka.

Ketaatan istri terhadap suami merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT. Ketaatan tersebut tidak boleh menjadi kontra produktif, jauh dari nilai ibadah dan melahirkan sikap semena-mena seorang suami tehadap istri. Ketaatan istri didasari dengan nilai dan prinsip sebagai berikut: 

Baca juga: Hanya Seorang Ibu yang Bisa Masak Sambil Gendong Bayi, Sambil Update Status, Sambil Nyusuin..

1. Taat bukan dalam kemaksiatan. 

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa: “Ada seorang ibu menikahkan anak gadisnya, tiba-tiba rambut anak tersebut terjatuh, lalu ia datang kepada Nabi saw dan menceritakan kejadian itu kepada beliau. Ibunya berkata: “bahwa suaminya menyuruh si ibu untuk menyambung rambutnya tersebut. Maka Rasulullah saw bersabda: “Jangan! Sesungguhnya Allah SWT melaknat wanita yang menyambung rambutnya”. (HR. Bukhari). 

2. Taat sesuai kemampuan. 

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. (QS. Al-Baqarah: 286).Seorang suami perlu membantu istrinya agar istrinya mampu menunaikan kewajibannya. 

3. Ketaatan yang disertai dengan penghormatan dan pemberian respon secara timbal-balik. 

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut”. (QS. An-Nisaa’: 19). 

4. Ketaatan yang disertai saling memberikan rasa cinta dan kasih sayang yang lahir dari lubuk hati. 

5. Taat disertai musyawarah.

“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka”.(QS. Asysyuraa: 38). 

6. Ketaatan diiringi dengan saling menasehati, berkorban dan komitmen dengan aturan dan syariat Allah SWT.(membumikan harapan; keluarga islam idaman, hal. 29) 

Baca juga: Anak yang Diajak Bicara Ibunya Dengan Cara Ini, Ternyata Bisa Punya IQ Lebih Tinggi

Membesarkan dan mendidik anak 

Rasulullah saw bersabda: “Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia bertanggung jawab terhadap anak-anaknya”. (HR. Bukhari dan Muslim). 

Tanggung jawab membesarkan dan mendidik anak tidak dimulai sejak melahirkan, namun sejak sang ibu mengandung sang janin dalam rahimnya. Allah SWT berfirman: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”.(QS. Al-Ahqaf: 15). Dalam ayat lain disebutkan: “Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. (QS. Luqman: 14). 

Perlu kerjasama suami istri dalam tugas mendidik dan membesarkan anak. Tugas yang begitu berat dan mulia itu perlu mendapat perhatian serius dari kedua orang tua. Perhatikan bagaimana Rasulullah saw ikut serta dalam memberikan tarbiyah (pendidikan) kepada anak tirinya (anak kandung Ummu Salamah). 

Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, beliau berkata: “Ketika kecil dulu aku berada di pangkuan Rasulullah saw. Tiba-tiba tanganku tanpa sadar mengambil (makanan) di sebuah piring besar. Beliau berkata kepadaku: “Hai anakku, ucapkanlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu”. Setelah itu akupun terbiasa melakukan apa yang diajarkan Rasulullah saw. (HR. Bukhari). 

Baca juga: Andai Suami Tahu Betapa Sakitnya Melahirkan Anak, Pasti Tidak Akan Sanggup Menyakiti Hati Istrinya

Menata tugas rumah tangga 

Tanggung jawab seorang istri dalam mengatur urusan rumah tangga bukan berarti ia yang melakukan seluruh pekerjaan rumah tangganya seorang diri. Bukan berarti pekerjaan memasak, menyiapkan hidangan, memandikan anak, mencuci baju, menstrika dan seterusnya harus dilakukan olehnya sendiri. Ia hanya memikul tanggung jawabnya saja. Pekerjaan-pekerjaan rumah tangga bisa dikerjakan olehnya atau suami atau orang lain. 

Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Fathimah ra. bekerja di rumah suaminya, dan meminta disediakan seorang pembantu oleh Rasulullah saw, namun beliau saw tidak mengabulkan permintaannya karena lebih mengutamakan kebutuhan ahlu shuffah. 

Namun adakisah lain, Asma binti Abu Bakar yang bekerja di rumah suaminya, beliau dibantu seorang pembantu setelah merasa terlalu letih bekerja. Tentu adanya pembantu atau tidak, dua kondisi tersebut ditentukan dengan berbagai faktor tertentu, seperti kemampuan ekonomi dan waktu yang tersedia bagi suami dan istri. 

Perlu kerja sama suami istri dalam memaksimalkan peran dan tanggung jawab mengurus rumah tangga. Dalam kondisi tertentu, bisa jadi sang istri merasa begitu letih dan sulit jika harus menghandel seluruh urusan rumah tangga sendirian. Dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah saw melakukan berbagai pekerjaan yang bisa meringankan tugas dan tanggung jawab istri beliau. 

Baca juga: Jangan Jadi Ibu yang Suka Marah-Marah Sama Anak yaa, Simak Tipsnya Ini.

Diriwayatkan dari Al-Aswad: Aku pernah bertanya kepada Aisyah ra: Apa yang biasanya diperbuat Rasulullah saw di rumahnya? Aisyah berkata: “Beliau memberikan pelayanan kepada keluarganya, apabila tiba waktu shalat beliaupun pergi menunaikan shalat”. (HR. Bukhari).  Dalam riwayat lain Aisyah ra. berkata: “Beliau menjahit bajunya, memperbaiki sandalnya dan beraktivitas seperti halnya kalian dalam mengurus rumah tangga kalian masing-masing”. (HR. Ahmad). 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar