Bagaimana mengatasi anak yang menjadikan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan keinginannya?
Ketika anak menggunakan tangisan untuk bisa memperoleh apa yang ia inginkan dan berhasil, maka pada kesempatan berikutnya ia akan melakukan hal yang sama. Jika orang tua tidak mencoba menghentikannya, maka bukan tidak mungkin hal ini akan berulang terus-menerus ditambah lagi dengan perlawanan yang lebih keras lagi.
Saat keinginan anak belum bisa Bunda penuhi, katakanlah bahwa untuk saat itu Anda belum bisa memenuhi keinginannya. Kalau memang keinginannya masuk akal, namun Anda belum bisa mengabulkannya, jelaskan kapan Bunda bisa memenuhinya.
Di awal, biasanya anak akan menolak dan tetap menangis. Orang tua sebaiknya tidak terpancing dan tetaplah pada pendirian secara konsisten.
Bunda bisa katakan, ìNak, Bunda belum bisa memenuhi kemauan kamu sekarang. Kalau kamu masih mau nangis, silahkan, kamu nangis nak. Bunda akan tunggu sampai kamu selesai menangis.
Meski ia sedang menangis/merengek atau teriak, Bunda sebaiknya tetap menyemangati anak dengan mengatakan bahwa mereka adalah anak baik, ìBunda tahu kamu anak baik, nanti kalo sudah selesai menangis bilang sama Bunda ya..î
Bunda yg baik, memang terlihat sepertinya tindakan ini agak kejam dan berlebihan...? sebenarnya sama sekali tidak, itulah yang disebut ketegasan dan konsistensi. Sekali kita berhasil melakukannya maka anak akan belajar dari konsistensi ucapan orang tuanya dan berhenti untuk memaksakan kehendaknya dengan cara tersebut.
Hindari ucapan yang melemahkan seperti, dasar kamu anak cengeng, selalu nyusahin, senang bikin repot, atau ancaman-ancaman kosong seperti awas ya nanti kalo Bunda pergi tidak di ajak lagi karena ia itu sama sekali tidak akan memberikan solusi dan merubah prilaku anak kita..
Selain mengajarkan konsep waktu, Bunda yg baik juga mengajarkan anak untuk mengendalikan diri. Anak juga bisa memahami mana prilaku yang baik dan kurang baik.. Oleh karena itu, usahakan agar setiap ada masalah, segera selesaikan saat itu juga.
Kalau anak sudah tenang, biasanya seorang anak akan memberikan signal-signal perdamaian untuk berkomunikasi kembali dengan orang tuanya, maka segeralah sambut dengan positif, penutupnya pun harus dalam kondisi positif. Misalnya dengan memberi pelukan dan katakan kamu memang anak hebat dan anak baik..
Namun, jika suatu saat ia mengulangi perbuatannya itu lagi, jangan menyalahkan anak ulangi cara yang sama secara konsisten. Bagaimanapun, ia adalah anak manusia yang baru berusia 3 tahun yang masih harus banyak belajar.
Lalu, bagaimana kalau dilakukan di muka umum? Saat jalan-jalan ke mall, misalnya?
Bunda, tak jarang banyak diantara orang tua yang merasa kesulitan mensolusikan masalah anaknya yang menangis bahkan menjerit-jerit di pusat perbelanjaan karena keinginannya tidak terpenuhi. Mungkin karena tak enak dilihat atau didengar orang, pada akhirnya Bunda mengalah dan mengabulkan keinginannya.
Biasanya orang tua akan berkata, ìYa sudah.. tapi ini kali saja ya Ö ì atau ya sudah ambil satu saja ya...!! dan jika ini terjadi maka si anak akan belajar bahwa, oh kalo keinginannya ingin di kabulkan lagi kelak saya harus melakukan hal seperti ini lagi. Bravo !! sekarang saya tahu cara yang ampuh untuk menaklukan orang tua saya.
Sebenarnya menjerit-jerit adalah proses eskalasi setelah ia merasa gagal menggunakan menangis sebagai alat memenuhi keinginannya. Awalnya, mungkin rewel lalu meningkat ke menangis, kemudian menjerit-jerit atau meraung-raung hingga menarik-narik baju orang tuanya hingga robek atau bahkan merusak barang-barang yang ada di dekatnya..
Hal ini bisa terjadi karena saat rewel, orang tua tidak berhasil mencairkannya sehingga meningkat ke eskalasi menangis dan seterusnya. Jadi segeralah bertindak sebelum rewel berubah menjadi menangis, dan menangis berubah menjadi meraung dan merusak.
Bila anda dalam keadaan terdesak oleh waktu dan janji dsb, dan bila anak sudah telanjur menangis bahkan meraung-raung, perlakuan yang bisa dilakukan orang tua adalah dengan memberinya waktu untuk menangis hingga diam. Misalnya, memberi waktu sepuluh menit. Saat sudah menit ke delapan, kita ingatkan anak untuk diam.
Semakin mendekati menit ke sepuluh, berikan pressure time dengan menghitung detik. Kita bisa katakan, ìSepuluh detik lagi ya .. kalau kamu tidak mau diam pada hitungan ke 10, ayah akan tinggalÖdan mulailah menghitung dari angka 1 dsb 8, 9..10..î
Biasanya konsep menghitung waktu ini cukup ampuh sehingga kalau dilakukan terus menerus, anak akan memahaminya. Yang mungkin terjadi anak akan menawar karena mereka tak mau kalah telak.
Misalnya, anak meminta orang tua agar menghitung dengan suara pelan atau menghitung hingga hitungan 12 dsb. Tidak masalah. selama tidak melanggar konsep, permintaannya itu masih bisa Anda penuhi.
Nah, kalau sudah selesai maka Bunda bisa mengajaknya berpelukan sambil mengatakan bahwa dia anak baik. ìKamu hebat telah bisa mengedalikan emosi marah kamuî. Bunda percaya kamu anak baik kok jadi pasti bisa mengendalikan emosi.. Dan sudah jangan pernah ungkit-ungkit lagi apa yang baru saja terjadi.
Bahkan jika dengan cara ini sudah berhasil, orang tua biasanya dapat mengajarkan apa yang boleh dan tidak boleh hanya dengan isyarat mata. Dengan mata, anak bisa tahu apakah orang tuanya suka atau tidak dengan apa yang dia lakukan. Kalau saat anak menatap mata Bundanya dan tidak memberikan pandangan yang ìberartiî, maka anak akan menterjemahkan sebagai isyarat ìboleh dilakukanî.
sumber ayah edy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar